Chapter 2
Shana’s POV
Aku masih merasa tidak enak. Aku
yakin sekali, tadi ada suara tawa. Bahkan sekarang, aku merasa diikuti, tapi
setiap aku menoleh kebelakang, selalu saja tak ada orang. Begitu juga sekarang,
aku tetap merasa diikuti. Aku melirik kebelakang, semua murid sedang menunduk
ke soal yang tadi diberikan oleh Yuri, guru di “Kotena”-no gakko yang mengikat
kontrak dan menjadi ‘wadah’ bagi Dewa Senjata. Aku mencoba menjawab soal-soal
tadi. Tapi, tak lama aku melirik kebelakang lagi dan keadaan kelas masih sama
seperti tadi. Cih! Aku seperti orang gila! Umpatku dalam hati.
“Sedang apa kau, Shana?” Tanya Yuri
yang entah sejak kapan ada didepanku.
“Eehh..? e.. eto..-“
“Dan kenapa kau tidak mengerjakan
soal ini?! Ini kan mudah! Ralat, sangat mudah!!” Potong Yuri.
“..a.. anu.. eto..“
“Pokoknya, kau harus lebih giat
lagi!!” Kata Yuri lagi.
“..h-haik.. gomennasai..” Jawabku
gugup. Tawa teman-teman sekelasku meledak. Yaahh.. ini bisa dibilang ‘kejadian
langka’ karena baru kali ini aku mau mengakui kesalahanku didepan umum.
Saat Istirahat..
“SIAL!!” Umpatku sambil menendang
tembok di toilet sekolah.
“Cih!! Gara-gara tadi, aku terpaksa
bilang ‘maaf’.. Argh!! Akan kubuat orang itu menyesal!!” Aku masih terus
mengeluarkan sumpah serapahku. Tapi, setelah kupikir-pikir, sepertinya tak ada
gunanya aku melakukan itu. Lebih baik aku keluar dari sini dan membeli roti
melon kesukaanku. Kuturuti pemikiranku itu. Tapi, baru saja aku sampai ke
kantin. Tiba-tiba aku mendengar sesuatu.
“Khu.. khu.. khu.. aku selalu memperhatikanmu, Shana..” Kata seseorang. Buru-buru aku menoleh kebelakang. Tak ada
yang mencurigakan. Tapi, aku sangat yakin aku mendengar sesuatu. Aku berbalik
dan berlari. Dia disini! Dia pasti salah satu murid di “Kotena”-no gakko ini!
Tapi, siapa? Pertanyaan itu terus membanjiri otakku. Aku terus berlari.
Hingga..
BRUK!!
Aku menabrak seseorang.
“Aduuhh..” Keluhku.
“Ah! Shana-san?!” Tanya Yui tak
percaya.
“Kau nggak apa-apa?” Tanya Yui
sambil mengulurkan tangannya.
“..tidak apa-apa..” Jawabku sambil
memalingkan wajah. Yui menatapku heran.
Yui’s POV
“..tidak apa-apa..” Jawab Shana
sambil memalingkan wajahnya. Aku menatap Shana heran. Ada apa dengan Shana-san?
Biasanya dia akan mengeluarkan sumpah serapahnya.
“ng.. Shana-san, apa kau lagi nggak
enak badan?” Tanyaku.
“Nggak kok! Sudahlah, aku mau ke
kelas!” Shana berdiri dan berjalan ke kelas. Aku menatapnya heran. Apa yang
terjadi dengan Shana-san? Tanyaku dalam hati. Ah, sudahlah.. lebih baik aku ke
ruang musik dulu.. kataku dalam hati sambil berjalan ke ruang musik. Begitu
sampai di ruang musik, aku mengambil gitarku listrikku dan mencobanya. Tapi,
meskipun musik yang kumainkan mengeluarkan suara yang merdu, tapi suara hatiku
malah mengeluarkan suara yang murung. Aku merasa ada yang aneh pada Shana-san..
apa yang terjadi padanya? Aku tidak begitu tahu tentangnya karena aku baru
masuk ke “Kotena”-no gakko 2 tahun yang lalu, sementara Shana-san sudah masuk
ke “Kotena”-no gakko sejak 4 tahun yang lalu.. dia sudah lebih berpengalaman di
“Kotena”-no gakko.. aku terdiam.
“Ah, jadi kau yang memainkan musik
itu..?” Tanya seseorang diambang pintu. Aku menoleh dan melihat Mio-senpai
disana.
“Ah.. Mio-senpai.. apa yang kau
lakukan disini?” Tanyaku.
“Aku mendengar musik yang kau
mainkan tadi, jadi aku kemari..” Jawab Mio sambil duduk dikursi yang ada
disana.
“Tadi, itu musik yang bagus..” Puji
Mio sambil tersenyum.
“ah.. arigatou..” kataku sambil
menunduk.
“..tapi, musik yang tadi tidak
seindah yang musik yang didalam hatimu..” Kata Mio lagi.
Aku mengangkat
wajahku. Mio menatapku.
“Musik yang ada didalam hatimu itu
terdengar sedang bingung..” Lanjut Mio.
“Mio-senpai menyadarinya ya..?”
Tanyaku sambil menunduk.
“Tentu saja aku menyadarinya.. aku
dan kau kan punya kekuatan untuk melihat musik yang ada didalam hati
seseorang..” Jawab Mio.
“..s-souka..” Responku.
“..Yui, apa yang kau pikirkan?”
Tanya Mio. Aku terdiam.
“Kau tidak biasanya berpikir serius
sampai seperti ini..” Kata Mio lagi.
“..ng.. Senpai.. aku boleh tanya
sesuatu..?” Tanyaku gugup.
“Apa?” Tanya Mio.
“..ng.. Senpai dan Shana-san kan
masuk ke “Kotena”-no gakko pada tahun yang sama.. aku mau tanya.. apa yang
terjadi dengan Shana-san selama ada di “Kotena”-no gakko sebelum aku masuk
kemari?” Tanyaku polos. Mata Mio terbelalak. Mio menatapku gugup.
Mio’s POV
Aku menatap Yui gugup. Yui
menatapku dengan pandangan bertanya. Apa kuberitahu saja kejadian waktu itu?
Tapi, Shana sendiri bilang, itu tidak boleh diberitahu pada siapapun! Lagipula,
para guru sendiri juga bilang kalau kejadian itu harus dirahasiakan! Tapi,
kalau dirahasiakan, suatu saat pasti akan ketahuan! Aku menunduk. Berpikir apa
yang sebaiknya kulakukan.
“..ng.. Mio-senpai..?” Yui
membuyarkan lamunanku.
“..i..iya..?” Tanyaku gugup.
“..ng.. apa.. aku.. tidak boleh
mengetahui apa yang terjadi..?” Tanya Yui sedikit kecewa. Aku menatap Yui.
Sepertinya tidak apa-apa kuberitahu padanya.
“..kalau-“
“T-tidak Yui.. aku hanya.. bingung
harus memulai darimana.. tenang saja.. akan kuberitahu padamu..” Kataku
menenangkannya.
“..tapi, kau tidak boleh
mengatakannya pada siapapun!” Kataku lagi.
“Baik!” Jawab Yui. Aku menunduk.
“..ng.. sebenarnya..-“
“Mio!!” Sebuah suara memanggilku.
Aku dan Yui menoleh kearah pintu dan menemukan Shana sedang berdiri menatapku
tajam. Wajahku pucat, sementara Yui salah tingkah.
“Kau dipanggil Yuri..” Jawab Shana
menatapku tajam.
“..Sekarang!!” Tambah Shana dengan
menekankan kata-katanya. Aku tahu. Dia pasti marah padaku yang hamper
mengatakan salah satu dari masa lalunya. Aku bangkit dan berjalan kearah pintu.
Sebelum aku berjalan melewati Shana, Shana membisikkan sesuatu padaku.
Yui’s POV
Aku melihat kepergian Mio dengan
sedikit kecewa. Aku tahu, pasti Shana-san akan memaki-makiku karena berusaha
mengorek masa lalunya, tapi aku sangat ingin tahu.. Shana membalikkan badannya
dan menatapku tajam. Aku menelan ludah. Tatapan Shana-san sedikit seram dari
biasanya.
“..sebentar lagi masuk, ayo ke
kelas..!” Kata Shana sambil berjalan kearah kelas. Aku menatapnya sedikit
heran. Tumben dia buru-buru mau masuk kelas.. pelajaran berikutnya kan
Matematika dan dia benci pelajaran itu.. tapi, aku menurutinya dan menyusulnya
ke kelas.
XXX’s POV
“Tuan, apa kau yakin akan melakukan
itu?” Tanya seorang ‘shadows’.
“Tentu saja.. lagipula, ini sudah
direncanakan dengan baik..” Jawab seseorang yang dipanggil ‘Tuan’ itu dengan
percaya diri.
“..atau.. kalian tidak percaya
padaku..?” Tanya orang itu lagi.
“Tentu saja tidak, Tuan..” Jawab
‘shadows’ itu.
“Kalau begitu.. bagaimana kita
jalankan rencana ini minggu besok?” Tanya orang itu sambil tersenyum.
“Baik!” Jawab para ‘shadows’ yang
berkumpul disitu.
Mata orang itu menyala di kegelapan
dan orang itu tersenyum keji.
-TBC-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar