Entri Populer

Kamis, 06 September 2012

My First FF [Chapter 3]


Chapter 3

2 hari kemudian, di “Kotena”-no gakko.

Yui’s POV

Aku melirik Shana-san lagi. Ekspresinya masih sama. Datar. Entah apa yang ada di otak Shana-san. Tapi, aku yakin dia pasti memikirkan kejadian 2 hari yang lalu saat aku ketahuan sedang berusaha mencari informasi mengenai masa lalunya. Sejak saat itu, Shana-san selalu diam. Setiap ada yang menyapanya, dia pasti hanya diam. Aku menunduk. Aku tahu aku salah, tapi.. aku nggak tau caranya minta maaf pada orang seperti Shana-san.. aku nggak tau harus gimana.. aku menunduk.

“DOR!!” Seru Hikaru dari belakang.

“KYAAAA!!” Teriakku kencang. Beberapa murid, menutup telinga mereka.

“Hikaru-san!! Jangan mengagetkanku dong!!” Protesku keras. Hikaru hanya ber-hehehe ria.

“Habis, dua hari ini kau murung terus.. ada apa sih??” Selidik Hikaru. Deg! Jantungku berdegup kencang.

“..ng.. nggak ada apa-apa kok..” Jawabku gugup.

“Ada apa sih?? Tampangmu itu menunjukkan ada yang tidak beres tau! Cerita dong padaku…” Bujuk Hikaru.

“A-aku serius.. t-tidak ada apa-apa kok..” Jawabku. Hikaru memandangku dengan curiga.

“Aku nggak percaya..! seorang Yui itu tidak pernah murung seperti ini! Karena itu, pasti ada sesuatu yang terjadi..! ayolah! Sesama para ‘wadah’ harus terbuka…” Kata Hikaru. Aku gugup. Aku melirik Mio. Mio hanya menunduk.

GRAK!

Shana berdiri dari bangkunya.

“Yui!! Aku harus bicara denganmu!!” Kata Shana.

“Ah! B-baik…” Jawabku. Shana berjalan keluar kelas. Aku mengikutinya. Maafkan aku, Hikaru-san! Ucapku dalam hati. Aku hanya mengikuti Shana-san ke.. heh! Ini kan kearah atap! Aku baru menyadari arah yang kami tuju. Glek! Aku menelan ludah. Hiii!! Biasanya, banyak anak yang membully murid lain di atap seperti di anime Accel World.. aduuhh!! Apa yang ingin Shana-san bicarakan padaku?! Atau jangan-jangan nanti dia akann..

-Hayalan Yui part 1-

BUK! Shana memukul wajah Yui dengan keras.
“Inilah akibatnya karena berusaha menyikap masa laluku!!” Kata Shana sambil tetap memukul Yui.
-End Hayalan Yui part 1-

Hiiiii!! Aku bergidik ngeri. Tapi, apa Shana-san bakal setega itu padaku? Atau jangan-jangan….

-Hayalan Yui part 2-

“AKH!!” Jerit Yui. Shana kembali menendangnya.
“Kau piker bisa selamat setelah ketahuan berusaha mengorek keterangan tentangku?!” Tanya Shana sambil tertawa ala evil.

-End Hayalan Yui part 2-

Hiiiiiiii!!!!! Seraamm!! Teriakku dalam hati. Atau mungkinn..

-Hayalan Yui part 3-

Cring! Pedang Shana bersinar terkena pantulan sinar matahari.
“Karena kau berusaha menyikap masa laluku tanpa seizinku, kau akan kubunuh..!” Kata Shana sambil menaruh pedangnya ditengah-tengah.

-End Hayalan Yui part 3-

TIIDAAAAAAAAKKKK!!!!!! Teriakku dalam hati sambil bergaya lebay sambil tetap berjalan.

“Kita sampai..” Kata Shana membuyarkan imajinasiku. Aku bergidik ngeri. Aku melangkah dengan gugup. Shana menutup pintu. Aku merasa, sebentar lagi aku akan benar-benar pergi kea lam baka.. Tuhan.. maafkan aku.. Doaku dalam hati.

“..Yui, aku ingin kau-“

“Maafkan aku Shana-san!! Aku janji tidak akan mengulanginya lagi!! Tolong jangan pukul aku!!” Mohonku. Shana menatapku heran bercampur bingung.

Shana’s POV

Aku menatap Yui heran campur bingung. Heh?? Apa maksudnya? Apa yang ada dipikiran anak itu sih?

“Oi, Yui.. apa maksudmu sih?!” Tanyaku bingung.

“Aku mohonn Shana-san.. maafkan aku..” Kata Yui tanpa mendengarkan aku dulu.

“Oi! Oi! Dengarkan aku!!” Kataku. Aku mulai sebal dengan sikap bocah ini.

“Ampun Shana-san!! Jangan bunuh aku!!” Mohon Yui lagi.

“BERISIK!!!! DIAM!! Atau aku akan benar-benar membunuhmu!!” Ancamku.

“eehh?? Shana-san serius ya??” Tanya Yui dengan tampang konyol.

“Konyol!! Siapa juga yang mau membunuh orang seperti kau yang setara dengan bocah umur 7 tahun?! Jangan mengada-ngada ya!!” Jawabku kesal.

“Intinya, Shana-san tidak ingin membunuhku??” Tanya Yui. Argh! Sepertinya bocah ini benar-benar sudah kehilangan otaknya!

“Kalau kau bertanya lagi padaku, kau benar-benar akan kubunuh!” Jawabku sebal.

“YEII!!!!” Yui melompat-lompat riang. Argh! Aku menepuk dahiku tanda frustasi pada tingkahnya.

“Sudahlah! Berhenti melakukan hal yang bisa membuatku gila atau kau benar-benar akan kubunuh sekarang..!!” Ancamku.

“Hee..!! Shana-san benar-benar niat ya..?!” Yui bergidik ngeri dan berhenti melompat.

“Argh! Sudahlah! Dari tadi aku sama sekali belum ngomong apa yang mau kukatakan padamu..” Kataku sambil memegang kepalanya. Sepertinya mempunyai hubungan dengan bocah yang satu ini sama saja dengan menuju neraka.

“Ah, iya ya.. eh, jadi Shana-san memanggilku kesini benar-benar untuk bicara denganku dan bukan membunuhku ya??” Tanya Yui yang masih belum menyadari kalau aku tidak tertarik untuk membunuhnya.. -_-

“Berhenti bicara atau ini benar-benar akan menjadi terakhir kalinya kau melihat dunia..!!” Ancamku sambil menarik pedangku.

“EEHH??!! J-jangan Shana-san!! Baik! Baik! Aku akan diam!!” Kata Yui.

“Baguslah..” Responku sambil menyarungkan kembali pedangku.

“..e-eto.. apa yang ingin Shana-san katakan?” Tanya Yui takut-takut. Aku memandang Yui tajam.

“Apa 2 hari yang lalu, sebelum aku datang, apa Mio mengatakan sesuatu?” Tanyaku. Yui menggeleng.

“Benar??” Tanyaku tak yakin.

“Benar!!” Jawab Yui. Aku menatap Yui tajam. Tak ada yang mencurigakan dari bocah itu.. hufh.. seharusnya aku mengikat kontrak dengan ‘Dewi Cinta’ saja supaya aku bisa membaca hati orang.. pikirku sebal.

“..iya.. iya.. aku percaya..” Jawabku menyerah.

“Honto? Yeay!!!” Yui melompat. Cih, bocah ini memang kekanak-kanakan! Pikirku lagi.

BRAK!!!!

Pintu menuju atap terbuka. Aku dan Yui langsung menoleh kearah datangnya suara dan menemukan Ciel dengan Sebastian dibelakangnya. Sepertinya bocah itu membuka pintu dengan kakinya lagi.. apa dia tidak diajari sopan santun oleh orang tuanya dan butlernya? Ejekku dalam hati.

“Oi, Shana! Yui! Ada pengumuman di mading sekolah!! Cepat kesana!!” Kata Ciel.

“Kau kesini dan menggedor pintu hanya untuk mengatakan itu?” Tanyaku tak percaya.

“Terus kenapa?! Kau punya masalah dengan hal itu?!” Tanya Ciel. Cih, bocah ini benar-benar tidak sopan! Apa dia lupa kalau aku lebih tua 3 bulan darinya?!

[(Author : Shana, apa yang beda coba? Cuma 3 bulan ini.. kecuali kalau 1 tahun... lagian Ciel itu ‘Tuan Muda’ lho..)]

“Lupakanlah.. dasar Tuan Muda yang pendek..!!” Ejek Shana.

“HEI!! Aku tidak pendek!!” Protes Ciel.

“Nggak peduli.. menurutku kau pendek.. sudahlah.. ayo, Yui..” Ajakku sambil berjalan ke tangga.

“HEI!! TUNGGU!! AKU NGGAK PENDEK!!” Protes Ciel tak terima namun aku tak peduli pada ucapannya.

“Ah! Shana!” Panggil Mio begitu melihat kami (aku dan Yui) baru datang ke mading sekolah.

“Ada pengumuman apa sih, Mio? Bikin repot saja..!” Umpatku.

“Iya, ada pengumuman apa, Mio-senpai?” Tanya Yui penasaran.

“Bukan pengumuman kok! Tapi, hasil dari pemilihan Students Award..!” Jawab Mio riang.

“Honto? Aku mau lihat!” Kata Yui bersemangat. Aku hanya ikut melihat hasil pemilihan yang menurutku sangat konyol itu.

Students Award This Year ^^

Murid terpopuler : Aikawa Chocola.
Murid Terdatar : Kanade Tachibana.
Murid Terdingin : Shana.
Murid Terpintar Memainkan Musik : Mio Akiyama.
Murid Paling Sering Terlambat : Leluoch.
Murid Paling Sering Dilayani : Ciel Phantomhive.
Murid Terkonyol : Yui.

DEG!! Jantungku berdetak kencang. Daftar itu..! gelar itu harusnya..- aku membuang muka. Tanpa kusadari Mio memperhatikanku.

Mio’s POV

Aku memperhatikan Shana. Sepertinya, sudah saatnya menggunakan kekuatanku untuk membaca musik didalam hati orang lain. Aku menutup mataku dan mulai mendengar musik didalam hati Shana. Deg!! Mataku membulat. Shana masih memikirkan ‘soal itu’?! Kulirik lagi hasil Students Award. Mataku terpaku disalah satu nama gelar dan nama murid. Ah, benar juga.. rupanya, Shana masih memikirkan ‘dia’.. pikirku sedih.

“Eehh??! Aku murid terkonyol?! Aku tidak konyol!!!” Protes Yui.

“Hahaha.. yaahh.. kau memang sedikit konyol sih..” Responku.

“Bukan mungkin, tapi memang konyol!!” Ralat Shana dingin.

“Eehh?? Aku kan tidak konyol!!” Protes Yui lagi.

“BAWEL!!” Teriak Shana. Aku dan Yui terdiam. Shana menatap kami tajam. Aku dan Yui menunduk dalam.

“Cih!” Umpat Shana sambil pergi ke kelas. Aku menatap kepergian Shana.

“..ng.. Mio-senpai, ada apa dengan Shana-san??” Tanya Yui. Aku terdiam sebentar.

“Ah, tidak apa-apa.. dia kan memang begitu.. nah, sekarang ayo kita ke kelas..” Ajakku. Yui menurut.

Disaat yang sama, di tempat yang berbeda..

Ciel’s POV

Aku berjalan di lorong sekolah. Tiba-tiba..

Cring!

Ada cahaya yang mengenai mataku. Argh! Ada apa sih?! Mengganggu perjalananku saja.. gerutuku. Heh.. aku tertegun. Cahaya tadi dari semak-semak?! Apa yang ada didalam semak-semak itu? Tanyaku pada diriku sendiri. Aku mulai menggeledah semak-semak itu.

“Apa yang sedang kau lakukan disini Ciel?” Tanya Hikaru. Deg!! Aku berbalik.

“Ah! Tidak ada apa-apa.. hanya saja.. tadi ada sesuatu yang-“

“Kau tidak perlu banyak bicara! Sekarang, cepat kembali ke kelas!” Kata Hikaru tegas.

“Baik.. baik..” Jawab Ciel sambil pergi meninggalkan Hikaru. Hikaru melihat kearah semak-semak itu.

“Hampir saja..” Kata Hikaru pelan.

-TBC-

My First FF [Chapter 2]


Chapter 2

Shana’s POV

Aku masih merasa tidak enak. Aku yakin sekali, tadi ada suara tawa. Bahkan sekarang, aku merasa diikuti, tapi setiap aku menoleh kebelakang, selalu saja tak ada orang. Begitu juga sekarang, aku tetap merasa diikuti. Aku melirik kebelakang, semua murid sedang menunduk ke soal yang tadi diberikan oleh Yuri, guru di “Kotena”-no gakko yang mengikat kontrak dan menjadi ‘wadah’ bagi Dewa Senjata. Aku mencoba menjawab soal-soal tadi. Tapi, tak lama aku melirik kebelakang lagi dan keadaan kelas masih sama seperti tadi. Cih! Aku seperti orang gila! Umpatku dalam hati.

“Sedang apa kau, Shana?” Tanya Yuri yang entah sejak kapan ada didepanku.

“Eehh..? e.. eto..-“

“Dan kenapa kau tidak mengerjakan soal ini?! Ini kan mudah! Ralat, sangat mudah!!” Potong Yuri.

“..a.. anu.. eto..“

“Pokoknya, kau harus lebih giat lagi!!” Kata Yuri lagi.

“..h-haik.. gomennasai..” Jawabku gugup. Tawa teman-teman sekelasku meledak. Yaahh.. ini bisa dibilang ‘kejadian langka’ karena baru kali ini aku mau mengakui kesalahanku didepan umum.

Saat Istirahat..

“SIAL!!” Umpatku sambil menendang tembok di toilet sekolah.

“Cih!! Gara-gara tadi, aku terpaksa bilang ‘maaf’.. Argh!! Akan kubuat orang itu menyesal!!” Aku masih terus mengeluarkan sumpah serapahku. Tapi, setelah kupikir-pikir, sepertinya tak ada gunanya aku melakukan itu. Lebih baik aku keluar dari sini dan membeli roti melon kesukaanku. Kuturuti pemikiranku itu. Tapi, baru saja aku sampai ke kantin. Tiba-tiba aku mendengar sesuatu.

“Khu.. khu.. khu.. aku selalu memperhatikanmu, Shana..” Kata seseorang. Buru-buru aku menoleh kebelakang. Tak ada yang mencurigakan. Tapi, aku sangat yakin aku mendengar sesuatu. Aku berbalik dan berlari. Dia disini! Dia pasti salah satu murid di “Kotena”-no gakko ini! Tapi, siapa? Pertanyaan itu terus membanjiri otakku. Aku terus berlari. Hingga..

BRUK!!

Aku menabrak seseorang.

“Aduuhh..” Keluhku.

“Ah! Shana-san?!” Tanya Yui tak percaya.

“Kau nggak apa-apa?” Tanya Yui sambil mengulurkan tangannya.

“..tidak apa-apa..” Jawabku sambil memalingkan wajah. Yui menatapku heran.

Yui’s POV

“..tidak apa-apa..” Jawab Shana sambil memalingkan wajahnya. Aku menatap Shana heran. Ada apa dengan Shana-san? Biasanya dia akan mengeluarkan sumpah serapahnya.

“ng.. Shana-san, apa kau lagi nggak enak badan?” Tanyaku.

“Nggak kok! Sudahlah, aku mau ke kelas!” Shana berdiri dan berjalan ke kelas. Aku menatapnya heran. Apa yang terjadi dengan Shana-san? Tanyaku dalam hati. Ah, sudahlah.. lebih baik aku ke ruang musik dulu.. kataku dalam hati sambil berjalan ke ruang musik. Begitu sampai di ruang musik, aku mengambil gitarku listrikku dan mencobanya. Tapi, meskipun musik yang kumainkan mengeluarkan suara yang merdu, tapi suara hatiku malah mengeluarkan suara yang murung. Aku merasa ada yang aneh pada Shana-san.. apa yang terjadi padanya? Aku tidak begitu tahu tentangnya karena aku baru masuk ke “Kotena”-no gakko 2 tahun yang lalu, sementara Shana-san sudah masuk ke “Kotena”-no gakko sejak 4 tahun yang lalu.. dia sudah lebih berpengalaman di “Kotena”-no gakko.. aku terdiam.

“Ah, jadi kau yang memainkan musik itu..?” Tanya seseorang diambang pintu. Aku menoleh dan melihat Mio-senpai disana.

“Ah.. Mio-senpai.. apa yang kau lakukan disini?” Tanyaku.

“Aku mendengar musik yang kau mainkan tadi, jadi aku kemari..” Jawab Mio sambil duduk dikursi yang ada disana.

“Tadi, itu musik yang bagus..” Puji Mio sambil tersenyum.

“ah.. arigatou..” kataku sambil menunduk.

“..tapi, musik yang tadi tidak seindah yang musik yang didalam hatimu..” Kata Mio lagi.

Aku mengangkat wajahku. Mio menatapku.

“Musik yang ada didalam hatimu itu terdengar sedang bingung..” Lanjut Mio.

“Mio-senpai menyadarinya ya..?” Tanyaku sambil menunduk.

“Tentu saja aku menyadarinya.. aku dan kau kan punya kekuatan untuk melihat musik yang ada didalam hati seseorang..” Jawab Mio.

“..s-souka..” Responku.

“..Yui, apa yang kau pikirkan?” Tanya Mio. Aku terdiam.

“Kau tidak biasanya berpikir serius sampai seperti ini..” Kata Mio lagi.

“..ng.. Senpai.. aku boleh tanya sesuatu..?” Tanyaku gugup.

“Apa?” Tanya Mio.

“..ng.. Senpai dan Shana-san kan masuk ke “Kotena”-no gakko pada tahun yang sama.. aku mau tanya.. apa yang terjadi dengan Shana-san selama ada di “Kotena”-no gakko sebelum aku masuk kemari?” Tanyaku polos. Mata Mio terbelalak. Mio menatapku gugup.

Mio’s POV

Aku menatap Yui gugup. Yui menatapku dengan pandangan bertanya. Apa kuberitahu saja kejadian waktu itu? Tapi, Shana sendiri bilang, itu tidak boleh diberitahu pada siapapun! Lagipula, para guru sendiri juga bilang kalau kejadian itu harus dirahasiakan! Tapi, kalau dirahasiakan, suatu saat pasti akan ketahuan! Aku menunduk. Berpikir apa yang sebaiknya kulakukan.

“..ng.. Mio-senpai..?” Yui membuyarkan lamunanku.

“..i..iya..?” Tanyaku gugup.

“..ng.. apa.. aku.. tidak boleh mengetahui apa yang terjadi..?” Tanya Yui sedikit kecewa. Aku menatap Yui. Sepertinya tidak apa-apa kuberitahu padanya.

“..kalau-“

“T-tidak Yui.. aku hanya.. bingung harus memulai darimana.. tenang saja.. akan kuberitahu padamu..” Kataku menenangkannya.

“..tapi, kau tidak boleh mengatakannya pada siapapun!” Kataku lagi.

“Baik!” Jawab Yui. Aku menunduk.

“..ng.. sebenarnya..-“

“Mio!!” Sebuah suara memanggilku. Aku dan Yui menoleh kearah pintu dan menemukan Shana sedang berdiri menatapku tajam. Wajahku pucat, sementara Yui salah tingkah.

“..a-ada apa, Shana?” Tanyaku mencoba mengganti suasana.

“Kau dipanggil Yuri..” Jawab Shana menatapku tajam.

“..Sekarang!!” Tambah Shana dengan menekankan kata-katanya. Aku tahu. Dia pasti marah padaku yang hamper mengatakan salah satu dari masa lalunya. Aku bangkit dan berjalan kearah pintu. Sebelum aku berjalan melewati Shana, Shana membisikkan sesuatu padaku.

“Kau tidak boleh mengulanginya lagi!!” Bisik Shana dengan tetap menekankan setiap kata-katanya. Aku menelan ludah. Shana menatapku tajam. Aku menghindari tatapannya dan berlari kearah ruang guru. Yui melihatku sedikit kecewa.

Yui’s POV

Aku melihat kepergian Mio dengan sedikit kecewa. Aku tahu, pasti Shana-san akan memaki-makiku karena berusaha mengorek masa lalunya, tapi aku sangat ingin tahu.. Shana membalikkan badannya dan menatapku tajam. Aku menelan ludah. Tatapan Shana-san sedikit seram dari biasanya.

“..sebentar lagi masuk, ayo ke kelas..!” Kata Shana sambil berjalan kearah kelas. Aku menatapnya sedikit heran. Tumben dia buru-buru mau masuk kelas.. pelajaran berikutnya kan Matematika dan dia benci pelajaran itu.. tapi, aku menurutinya dan menyusulnya ke kelas.

XXX’s POV

“Tuan, apa kau yakin akan melakukan itu?” Tanya seorang ‘shadows’.

“Tentu saja.. lagipula, ini sudah direncanakan dengan baik..” Jawab seseorang yang dipanggil ‘Tuan’ itu dengan percaya diri.

“..atau.. kalian tidak percaya padaku..?” Tanya orang itu lagi.

“Tentu saja tidak, Tuan..” Jawab ‘shadows’ itu.

“Kalau begitu.. bagaimana kita jalankan rencana ini minggu besok?” Tanya orang itu sambil tersenyum.

“Baik!” Jawab para ‘shadows’ yang berkumpul disitu.

“Ingat, jalankan rencana ini dengan sebaik-baiknya..!!” Peringat orang itu sambil menatap para ‘shadows’ itu tajam.

“Yes, My Lord!!” Jawab para ‘shadows’ itu sambil membungkuk.

[(Author : Pada ngikutin Sebastian nih!!*plak!! XD)]

Mata orang itu menyala di kegelapan dan orang itu tersenyum keji.

-TBC-

Sabtu, 01 September 2012

My First FF [Chapter 1]


My First FF
" Kontena"-no gakkō [Sekolah Para ‘wadah’]

Prolog

“Kotena”-no gakko adalah sekolah khusus yang ada diatas langit dan disekitar sekolah telah dipasang kekkai agar keberadaan sekolah serta murid-murid disini tidak diketahui manusia biasa. Murid-murid disini juga bukan manusia biasa, karena para murid disini hanyalah manusia yang mengikat ‘kontrak’ dan menjadi ‘wadah’ bagi para Dewa, Iblis atau Malaikat, sehingga para Dewa, Iblis atau Malaikat itu bisa hidup didunia manusia dan membasmi para ‘shadows’. Para ‘shadows’ adalah sekumpulan orang-orang yang telah menjadi kegelapan sehingga disekujur tubuhnya dikelilingi aura kegelapan. Sebagai orang-orang yang telah menjadi ‘wadah’ bagi Dewa, Iblis atau Malaikat itu, kami lah yang dibebani tugas untuk membasmi para ‘shadows’. Tapi, satu manusia hanya bisa mengikat satu ‘kontrak’ dengan Dewa, Iblis atau Malaikat. Disini, dimulailah sebuah kisah para ‘wadah’ yang bersekolah disini…

Chapter 1

Bruukk!! Shana menjatuhkan dirinya kekursi hingga menimbulkan suara yang keras. Untungnya, dia mendarat dengan selamat dikursi yang didudukinya. Meskipun ada beberapa murid yang menutup telinganya, tanda bahwa suara itu mengganggu mereka, Shana tidak peduli.

“Shana.. sepertinya kau nggak bisa nggak membuat satu pun barang rusak dalam sehari, ya?” Ledek Hikaru yang duduk tak jauh dari Shana.

“Diam kau, Hikaru! Aku nggak punya urusan denganmu!” Kata Shana ketus.

“Ckckck.. Shana-san, kau dingin sekali deh..” Komentar Yui yang duduk didepan Shana.

“Bawel!” Jawab Shana cuek.

“Hee.. kalian sudah datang, ya?” Tanya Mio Akiyama yang baru datang.

“Ohayogozaimasu, Mio-senpai..!” Sapa Yui riang.

“Ohayo, Yui..” Jawab Mio sambil duduk dikursinya.

“Ohayo minna.. Syukurlah aku nggak terlambat..” Kata Ichigo yang tiba-tiba datang.

“Huh! Kau terlambat sekali tau! Dasar payah!” Ledek Shana.

“Hei! Saat aku berangkat tadi, tiba-tiba di tengah jalan ada para ‘shadows’ yang menyebalkan itu, jadi aku membasmi mereka dulu..” Bela Ichigo sambil duduk dikursinya.

“Terserahlah..” Shana mengalah.

“Ah.. Rupanya, semuanya sudah datang ya.. ohayogozaimasu, minna-san..” Sapa Sebastian sambil tersenyum.

“Sedang apa kau kesini iblis cerewet?” Tanya Shana cuek. Namun Sebastian tampak biasa saja menghadapi perkataan Shana yang ‘menusuk’ itu.

 “Seperti biasa, saya mengantar bocchan kemari, Shana-san..” Jawab Sebastian sambil mempersilahkan Ciel masuk.

“Ternyata benar, seorang ‘tuan muda’ itu benar-benar payah! Masa’ ke sekolah saja pakai diantar segala?!”  Ejek Shana.

“Urusai! Atau aku akan membunuhmu!” Ancam Ciel sambil duduk.

“Terserah apa katamu saja deh! Aku ngantuk!” Jawab Shana sambil menguap dan bersandar dikursinya. Baru saja memejamkan matanya, tiba-tiba pintu kelas dibuka dengan keras hingga menimbulkan suara yang cukup membuat Shana terganggu dari tidurnya.

“Hhh!! Ada apa sih?! Mengganggu saja!!” Umpat Shana.

“Sst.. Shana! Simpan dulu omelanmu dan lihat siapa yang datang..!” Bisik Felicitã sambil menunjuk kearah pintu. Dengan malas, Shana menoleh kearah pintu dan melihat Kanade, Wakil Ketua OSIS di " Kontena"-no gakkō. Cih, hanya karena dia  Wakil Ketua OSIS disini semua orang takut padanya?! Payah!

“Aku akan mengabsen.. yang kupanggil harap mengangkat tangannya..” Kata Kanade dengan wajah datar.

“‘wadah’ bagi Dewa Api, Hikaru Shidou..”

“Hadir!!” Jawab Hikaru.

“‘wadah’ bagi Dewa Kematian, Ichigo Kurosaki..”

“Hadir..” Jawab Ichigo.

“‘wadah’ bagi Malaikat Musik, Mio..”

“Hadir..” Jawab Mio.

“‘wadah’ bagi Iblis Musik, Yui..”

“Hadir..!!” Jawab Yui riang.

“‘wadah’ bagi Dewi Cinta, Felicitã..”

“Hadir..” Jawab Felicitã.

“‘wadah’ bagi Iblis Penghancur, Ciel Phantomhive..”

“hadir..” Jawab Ciel dengan malas-malasan.

“‘wadah’ bagi Dewa Pengantar Manusia ke Neraka, Ai Enma..”

“Hadir..” Jawab Ai yang entah kapan ada dibangku pojok.

“Hiii!! Sejak kapan Ai-san ada disana??!” Tanya Yui lebay.

“Diam!” Seru Kanade tegas. Yui diam. Cih, Yui memang kekanak-kanakan! Ejek Shana dalam hati.

“Kita lanjutkan.. ‘wadah’ bagi Dewa Penjatuh Hukuman, Shana..”

“Hadir..” Jawab Shana cuek.

“Terakhir, ‘wadah’ bagi Dewa Pengontrol, Lelouch..”

“………………”

“Leluoch-san…?” Murid-murid satu kelas dan Kanade langsung melihat bangku Leluoch. Kosong. Apa bocah itu membolos lagi?

BRAKKKK!! Kami langsung mengalihkan pandangan ke pintu yang terbuka lebar. Disana, Leluoch berdiri dengan napas tersenggal-senggal.

“..ha.. hadir..” Jawab Leluoch.

“..kau terlambat lagi.. Leluoch-san..” Kata Kanade datar.

“Maaf.. ada sedikit masalah dijalan..” Kata Leluoch sambil berjalan ke bangkunya.

“Meskipun kau Ketua OSIS disini, kau tidak boleh seenaknya.. Leluoch-san..” Peringat Kanade.

“Baik.. baik.. tapi, aku punya pertanyaan yang harus kau jawab, Wakil Ketua OSIS..” Kata Leluoch.

“Apa.. itu..?” Tanya Kanade.

“Kau sendiri mengikat ‘kontrak’ pada siapa?” Tanya Leluoch.

“Apa kau tidak pernah membaca profil para murid disini..?” Tanya Kanade.

“Tentu saja pernah, tapi kemarin profil tentangmu tak sengaja terhapus dari file-sekolah.. jadi, aku ingin mengetiknya ulang..” Jawab Leluoch enteng. Kanade terdiam sebentar.

“..aku mengikat kontrak dan menjadi ‘wadah’ bagi Malaikat Pengantar Manusia ke Surga.. Apa kau punya pertanyaan lagi..?” Tanya Kanade datar.

“Sepertinya tidak ada..” Jawab Leluoch. Shana memperhatikan Leluoch.

Shana’s POV

“Sepertinya tidak ada..” Jawab Leluoch. Aku memperhatikan Leluoch. Aku merasakan sesuatu yang aneh dari bocah itu. Aku merasa dia sedang merencanakan sesuatu atau apalah, entah apa itu.. atau mungkin itu cuma perasaanku? Ah, sudahlah.. aku tak usah ikut campur, toh ini tidak ada hubungannya denganku.. Aku bersandar lagi kebangkuku.

KRIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIINGGGGGGGG!!!!!!!!!!!

Bel berbunyi dengan kencang. Oke, kalau tadi aku marah, sekarang.. aku.. sangat senang!! Akhirnya.. kataku dalam hati.

Ting Tong! Ting Tong!

Speaker kelas kami berbunyi. Pasti pengumuman. Pikirku.

“Pengumuman untuk semua murid di “Kotena”-no gakko.. para ‘shadows’ menyerang lagi! Sekarang cepat berkumpul di lobi!” Perintah seseorang. Aku tahu siapa dia. Dia pasti Aikawa Chocola, siswi teladan yang biasanya mengumumkan setiap para ‘shadows’ menyerang. Aku langsung berlari keluar kelas dan menuju lobi. Terserah apa kata teman-teman satu kelasku. Di lobi, Chocola sudah menunggu para murid.

“Kau yang pertama kali datang..” Kata Chocola sementara aku hanya tersenyum. Chocola menyodorkan cokelat padaku.

“Ini cokelat untuk teleportasi, makanlah..” Kata Chocola.

[(Author : eehh.. pada nggak puasa ya..??*plak!! XD)]

Aku menerima cokelat itu dan langsung memakannya. Dari dulu, aku memang suka cokelat buatan Chocola. Dia memang pembuat cokelat terbaik! Dalam sekejap, aku langsung berada di Tokyo. Para ‘shadows’ itu menyadari keberadaanku.

“Wah.. ternyata ada santapan lezat disini..” Kata seorang ‘shadows’. Cih, dia menganggapku remeh.

“Heh.. jangan meremehkanku ya..!!” Kataku. Dalam sekejap, mataku berubah menjadi merah. Dipinggangku juga terselip sebuah pedang. Aku menarik pedangku.

“Nah, sekarang, siapa yang ingin pergi ke alam baka duluan…?” Tanyaku PD. Para ‘shadows’ itu menatapku dengan tajam dan aku membalasnya dengan tatapan yang sama. Baru saja aku menebas beberapa ‘shadows’, teman-teman satu kelasku datang.

“Shana! Kau curang!” Protes Ichigo.

“Cerewet! Siapa cepat, dia dapat!!” Jawabku santai sambil tetap menebas para ‘shadows’ itu.

“Kalau begitu.. aku juga nggak akan kalah!” Kata Ichigo sambil menebas para ‘shadows’.

“Cih, ini menyusahkan saja..” Kata Ciel yang baru datang bersama Sebastian.

“Sebastian, aku perintahkan kau-“

“Tunggu, Ciel!! Aku belum membunuh 200 ‘shadows’!! Nanti saja kau minta Sebastian membasmi semuanya!!” Potongku cepat. Ciel terdiam sebentar.

“Terserah saja, lah.. kalian saja yang membasmi para ‘shadows’ itu, aku mau ke kelas lagi..” Jawab Ciel. Tiba-tiba dia dan Sebastian menghilang. Yey!! Aku bersorak dalam hati.

“Hei! Sisakan untukku dong!!” Protes Hikaru yang baru datang.

“Kan sudah kubilang, siapa cepat, dia dapat..!!” Jawabku enteng.

“Oi, Hikaru, kalau nggak cepat-cepat, nanti keburu habis, lho.. ” Peringatku.

“Iya.. iya..” Jawab Hikaru sambil menarik pedangnya dan ikut menebas para ‘shadows’.

“Minna-san.. tolong jangan main-main.. karena kalian harus cepat kembali ke “Kotena”-no gakko..” Kata Kanade dari belakang. Huff.. lagi-lagi orang ini.. gerutuku dalam hati. Dalam sekejap, para ‘shadows’ itu sudah habis ditebas oleh ‘Hand Sonic’ milik Kanade. Aahh!! Aku sama sekali nggak dapat giliran!! DX

“Nah.. sekarang ayo kita kembali..” Kata Kanade datar. Tanpa banyak bicara, kami kembali ke “Kotena”-no gakko.

“khu.. khu.. khu..” Tawa seseorang dengan aura kegelapan. Deg! Aku menoleh kebelakang. Tak ada siapapun.

“Ada apa, Shana-san..?” Tanya Kanade.

“..T-tidak apa-apa..” Jawabku. Mungkin hanya perasaanku.. kataku dalam hati.
Tanpa kusadari, orang itu tersenyum jahat padaku dan murid-murid yang lain.

-TBC-